Acara tahunan yang diharapkan menjadi momen menyenangkan dan berkesan bagi pramuka dari seluruh dunia, Jambore Pramuka Dunia, berubah menjadi bencana di Korea Selatan (Korsel). Gelombang Panas yang melanda negara itu membuat ratusan peserta jambore menderita berbagai gangguan kesehatan akibat terpapar suhu udara yang sangat tinggi.
Sebanyak 400 peserta, yang kebanyakan adalah remaja berusia antara 14 hingga 18 tahun, harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami gejala-gejala seperti dehidrasi, pusing, dan mual. Mereka tidak tahan dengan suhu udara di Korsel yang mencapai 38 derajat Celsius, yang merupakan Gelombang Panas tertinggi yang tercatat dalam empat tahun terakhir.
Panik dan Kemarahan yang Terjadi Akibat Gelombang panas

Jambore Pramuka Dunia adalah acara tahunan yang diikuti oleh puluhan ribu pramuka dari 155 negara. Acara ini berlangsung selama 12 hari di Saemangeum, sebuah daerah reklamasi lahan di Buan, sekitar tiga jam perjalanan dari Seoul. Acara ini menampilkan berbagai kegiatan budaya dan luar ruangan, seperti berkemah, bermain musik, dan belajar keterampilan bertahan hidup.
Namun, panas ekstrem yang melanda Korsel membuat banyak peserta jambore mengalami kesulitan. Menurut Kim Hyun-sook, ketua panitia penyelenggara jambore dan Menteri Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel, sekitar 1.486 orang mengunjungi rumah sakit lapangan pada hari Kamis. Dari jumlah tersebut, 250 orang mengalami ruam kulit, 138 orang mengalami gangguan akibat panas, dan 386 orang digigit serangga.
Orang tua dan pengamat dari seluruh dunia membanjiri media sosial jambore dengan pertanyaan cemas, kritik keras terhadap penyelenggara, dan tuntutan agar acara dihentikan. Beberapa pesan ditulis dalam berbagai bahasa. Seorang ibu dari Amerika Serikat mengatakan anaknya harus tidur di tanah karena tenda belum siap. “Moto Pramuka adalah ‘Siap Siaga’. Bagaimana bisa penyelenggara begitu tidak siap? Saya kecewa mimpi anak saya terlihat seperti mimpi buruk,” katanya kepada Reuters.
Bantuan Darurat dan Evakuasi
Pemerintah Korsel pun bergerak cepat untuk memberikan bantuan kepada peserta jambore. Presiden Yoon Suk Yeol memerintahkan penyediaan bus ber-AC dan truk air tanpa batas ke lokasi kamp. Ia juga memerintahkan penyelenggara untuk meningkatkan kualitas makanan yang disediakan dan untuk “segera menyelesaikan” masalah-masalah yang terjadi di lokasi.
Perdana Menteri Han Duck-soo juga mengirimkan 30 dokter militer dan 60 perawat ke kamp tersebut untuk memberikan bantuan pertama. “Pemerintah akan mengerahkan semua sumber dayanya untuk mengakhiri festival dengan aman dalam cuaca panas,” katanya pada rapat kabinet khusus yang dipimpin presiden.
Kim Hyun-sook mengatakan sekitar 130 bus pendingin akan dikerahkan ke lokasi pada hari Jumat, dan tambahan 10 truk pendingin akan dikirimkan segera. Setiap pramuka akan diberi lima botol air dingin setiap hari, serta masker pendingin, topi, tabir surya, bungkus es, dan pil garam.
Seorang pejabat pemadam kebakaran provinsi Jeolla Utara mengatakan bahwa sebagian besar peserta yang sakit hanya mengalami gejala ringan, seperti sakit kepala, pusing, dan mual. Namun demikian, beberapa peserta harus dievakuasi dari lokasi kamp karena kondisi mereka memburuk.
Menurut BBC News, lebih dari 4.000 pramuka dari Inggris dipindahkan ke hotel-hotel setelah terkena gelombang panas. Salah satu peserta asal Inggris mengatakan bahwa ia merasa seperti berada dalam film Squid Game, sebuah serial Netflix yang bercerita tentang permainan mematikan di Korsel.
Gelombang Panas Berlanjut
Dari Informasi yang didapatkan C-ES News, Gelombang panas di Korsel diprediksi akan berlanjut hingga minggu depan. Badan meteorologi Korsel telah mengeluarkan peringatan gelombang panas tertinggi untuk seluruh negara. Setidaknya 16 orang telah meninggal karena panas sejauh ini tahun ini.
Peserta jambore berusaha untuk tetap bersemangat dan menjaga kesehatan mereka. Petualang terkenal dan Kepala Pramuka Inggris, Bear Grylls, mengimbau peserta untuk tetap terhidrasi. “Ini panas. Tolong jaga satu sama lain,” katanya dalam unggahan Instagramnya.
+ There are no comments
Add yours