India Batasi Ekspor, Beras Dunia Melonjak Naik

3 min read

Harga beras mengalami lonjakan tajam dalam beberapa bulan terakhir karena India batasi ekspor beras. Ini dapat berdampak pada jutaan konsumen di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia dan Afrika dengan makanan pokok beras.

India memberlakukan larangan ekspor beras putih non-Basmati bulan lalu. Pemerintah India mengatakan, tujuannya untuk membantu menurunkan harga beras di dalam negeri dan mengamankan ketersediaan pangan domestik. Padahal harga bahan makanan pokok sudah melonjak akibat perang di Ukraina. Selain itu, cuaca ekstrem saat ini terjadi di berbagai tempat, yang mengganggu panen dan pasokan bahan makanan pokok.

Selain itu, Thailand, pengekspor beras terbesar kedua di dunia, mendesak para petaninya untuk mengurangi penanaman padi sebagai bagian dari upaya penghematan air. “Curah hujan kumulatif sekitar 40% di bawah tingkat normal, menimbulkan risiko kekurangan air yang tinggi,” kata Surasri Kidtimonton, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Administrasi Air Nasional Thailand pada 31 Juli lalu. 

Kidtimonton mendorong para petani untuk mempertimbangkan menanam tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air dan memiliki siklus panen lebih cepat.

Pasar beras global sebelum India batasi ekspor

Uni Emirat Arab, importir dan pengekspor utama beras India, mengatakan akan membatasi penjualan pasokan berasnya ke negara lain karena larangan ekspor India.

Menurut kantor berita Reuters, eksportir Thailand dan Vietnam juga telah menanggapi dengan mendorong negosiasi ulang harga untuk kontrak penjualan sekitar setengah juta ton yang dikirim pada Agustus.Pasar pangan global masih berjuang menghadapi dampak perang di Ukraina, dengan Rusia menarik diri dari perjanjian untuk mengekspor biji-bijian melalui Laut Hitam, mengakhiri perjanjian untuk mengizinkan ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam. Rusia juga meningkatkan serangan militer terhadap fasilitas pelabuhan dan penyimpanan biji-bijian di Ukraina.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa gangguan dalam perdagangan beras global dapat memperburuk situasi ketahanan pangan yang sudah terancam di banyak negara. Harga beras mencapai harga tertinggi satu dekade, menandai kenaikan 14% sejak Juni lalu. Situasi ini terutama disebabkan oleh cuaca yang lebih hangat dan curah hujan yang tidak menentu yang berdampak pada produksi beras di seluruh Asia.

Dalam beberapa bulan terakhir, hujan lebat dan banjir di India utara telah merusak banyak sawah. Selain itu, kenaikan harga pupuk dan bahan bakar berkontribusi terhadap kenaikan biaya produksi. Membuat India batasi ekspor untuk dunia.

Dampak buruk bagi warga miskin 

Beras merupakan salah satu makanan pokok dunia dan dimakan oleh sekitar separuh penduduk dunia. Sekitar 500 juta ton beras diproduksi setiap tahun.

Di banyak negara, beras merupakan sumber utama kalori. Tahun lalu, India mengekspor sekitar 22 juta ton beras ke 140 negara, terhitung sekitar 40% dari perdagangan biji-bijian dunia. Thailand menyumbang sekitar 15% dari permintaan pasar global, sementara Vietnam menyumbang 14%.

Menurut data yang dikeluarkan oleh pemerintah India, hampir 80% ekspor beras negara tersebut terdiri dari varietas non-Basmati, yang lebih terjangkau dan banyak diminati di negara-negara miskin seperti Bangladesh, Nepal, Senegal, dan Benin. Untuk Afrika sub-Sahara, larangan ekspor beras non-Basmati oleh India kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan, karena negara-negara tersebut sangat bergantung pada India sebagai pemasok utama beras.

Pada 3 Agustus, dua sumber pemerintah India mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa stok beras India hampir tiga kali lipat dari target awal Agustus. Mereka berharap otoritas India dapat mempertimbangkan untuk mencabut larangan ekspor.

Namun sejauh ini, usai India batasi ekspor dampak gangguan pasokan terhadap pasar beras dunia masih belum jelas. Banyak negara Asia sendiri bergulat dengan tingginya tingkat inflasi harga pangan dan pemerintah berada di bawah tekanan untuk mengendalikan harga pangan.  

You May Also Like

More From Author