Cerita Hendy Setiono, Alumnus ITS Sukses Bisnis Kebab

3 min read

Siapa sangka CEO Baba Rafi, Hendy Setiono, adalah alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Sebelum mencapai kesuksesannya saat ini dalam menjalankan bisnis Kebab Turki di bawah sponsor Baba Rafi, ia berjuang untuk mengelola urusan perusahaan. Awalnya, ia mengunjungi beberapa tempat di Timur Tengah dan mencicipi beberapa masakan di sana.

Pada tahun 2003, Hendy akhirnya membuka gerobak barbekyu Turki. Tepatnya, saat dia masih kuliah. “Walaupun gerobak putih saya awalnya sering dikira penjual martabak, saya coba mencari perbaikan lain agar penjualan saya memiliki karakter yang unik,” ujarnya, seperti dikutip dari laman Unair, Kamis (10 Agustus 2023). 

Ia percaya bahwa membuka usaha harus berbeda dengan yang lain. Dengan cara ini orang dapat mengetahui merek tersebut. Itu juga yang melatarbelakangi kebab Turki Baba Rafi yang bercirikan gerobak berwarna merah dan kuning.

Bepergian untuk bekerja tidak selalu berjalan mulus. Hendy mengatakan dunia bisnis tidak selalu berjalan mulus. Tentu saja, akan ada masalah nantinya. Oleh karena itu, setiap pengusaha harus memiliki pola pikir pemecahan masalah yang kuat. “Pengusaha adalah orang yang mengatasi kendala yang ada,” ujarnya.

Kerja sama sangat penting dalam membuka usaha, ujar Hendy Setiono. Pengusaha tidak bisa sendirian, perusahaan harus bekerja sama untuk menghasilkan inovasi baru.

“Melakukan peluncuran produk baru, perusahaan tidak bisa melakukannya sendiri. Kerja sama adalah kunci sukses bisnis. Jika menang, Anda menang bersama, dan jika kalah, Anda kalah bersama,” katanya. 

Awalnya, ia mendirikan perusahaan dengan modal Rp4 juta. Dia mengatakan bisnis Turki Baba Rafi Kebab sudah ada selama 20 tahun.

Ini semua memulainya dengan mimpi,  dia berani bermimpi membuka barbekyu Turki. Jika Anda ingin sukses, Anda harus mulai dengan mimpi. “Dengan mimpi, kita wujudkan. Pengusaha mengubah sampah menjadi emas. Bagaimana kita bisa melihat sesuatu dengan peluang dan potensi. 

Tapi orang lain tidak melihatnya,” terangnya. Hendy mengatakan kebiasaan seorang entrepreneur adalah menjadi yang pertama, terbaik, atau terbesar. Jadi apapun keadaannya saat membuka usaha, semangatnya tetap membara seperti saat pertama kali mencobanya.

“Semangat yang kuat akan membuat kita berani mengambil resiko, kreatif dan berpikir out of the box. Kita harus memiliki jiwa entrepreneur untuk mendorong kita maju dan bermimpi besar,” ujarnya. . Tentu saja, lanjutnya, mimpi tidak cukup tanpa tindakan.

Hendy menunjukkan bahwa semua mimpi akan mulai dengan tindakan, jadi bisnis atau apapun pasti akan terjadi. Sebab, kesepakatan yang baik tidak memikirkannya, tetapi membuat.

“Kalau tidak tahu mau bisnis apa. Jangan berpikir besar. Mulai dari yang kecil. Jual brand orang lain, baru kita promosikan dan seterusnya,” tegas Hendy Setiono. Bisnis tidak harus datang dari sesuatu yang besar, tetapi dengan banyak usaha. Jika gagal, teruslah mencoba dan jangan menyerah. 

Dan, penting untuk mencintai perusahaan tempat Anda bekerja. Jadi kami selalu memiliki gairah di sana. Jadi apapun yang terjadi, kami akan siap mengurus bisnis seperti anak kami sendiri. 

“Ini bukan tentang ide, ini tentang menghasilkan ide. Pengusaha mengatakan bahwa anak muda harus memiliki rasa ingin tahu. Agar kita dapat mengamati dan belajar dari model mereka. Gaya belajarnya seperti apa?”, tambahnya.

Hendy Setiono berpesan kepada semua orang, terutama mahasiswa yang ingin menjadi pengusaha, untuk tidak takut mencoba bidang bisnis apapun yang disukai. Sebab, dari usaha dan usaha tersebut, mungkin suatu saat Anda bisa menjadi orang yang bisa merekrut orang lain dan membuka lowongan untuk orang lain.  

You May Also Like

More From Author