Pemerintahan Presiden Joko Widodo akan mengandalkan belanja publik untuk menjaga pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,3% hingga akhir tahun 2023.
Hal ini tercermin dari catatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023 yang tumbuh sebesar 5,17%, namun lebih banyak ditopang oleh konsumsi masyarakat karena faktor musiman seperti cuaca, hari raya keagamaan, liburan musim panas dan gaji ke-13 bulan pegawai negeri Sipil.
“Karena salah satu pengungkit di kuartal III adalah belanja publik, maka kami akan berusaha memastikan belanja publik, terutama di kementerian dan lembaga besar, misalnya infrastruktur, program padat karya, tenaga kerja di bidang pertanian, akan terus kami dorong karena multiplier effect-nya sudah jelas,” kata Airlangga dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta, Selasa kemarin.
Pemerintah bergantung pada belanja pemerintah pada triwulan III hingga akhir tahun 2023, karena selain faktor musim kemarau, kegiatan impor dan ekspor cenderung menurun pada triwulan II sehingga tidak banyak berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi RI.
Airlangga menilai turunnya aktivitas impor dan ekspor karena turunnya harga komoditas utama Indonesia. Apalagi, dalam dua tahun sebelumnya, pertumbuhan pesat itu didukung oleh tingginya harga yang tak terduga.
“Jadi tentunya kalau harga normal berarti kita tingkatkan produksi dan tentunya kita juga akan melihat produk-produk yang menjadi andalan industri manufaktur, baik itu bahan kimia, besi dan baja. mendongkrak ekspor Indonesia,” kata Airlangga.
Berdasarkan catatan BPS, dua kali lebaran dan libur panjang menjadi penyebab utama ekonomi RI pada Q2 2023 menembus angka 5%. Buktinya, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23% dalam setahun.
Tingkat konsumsi rumah tangga yang tinggi berperan penting dalam perekonomian nasional dengan pangsa 53,31%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2023 sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II 2022 sebesar 5,51%.
Untuk kelompok pengeluaran lainnya seperti Gross Fixed Capital Formation (GTCF) atau Investasi meningkat sebesar 4,63% dengan pangsa PDB sebesar 27,90%, konsumsi pemerintah meningkat sebesar 10,62% dengan bobot 20,25% dan konsumsi LNPRT meningkat sebesar 10,62%. 8,62% dengan rate 1,24. .
Ekspor mencatat penurunan ekonomi RI sebesar 2,75% dengan pangsa PDB sebesar 20,25%, serta penurunan sebesar 3,08% dengan pangsa PDB minus 18,54%.
+ There are no comments
Add yours