Serangan Siber Akan Jadi Tantangan Industri Keuangan 2023

3 min read

Meskipun beberapa tahun lalu, ekonomi Indonesia telah berhasil menjaga ketahanan di tengah pandemi, namun saat ini, ketika pemulihan ekonomi mulai terlihat, sektor Industri Keuangan justru dihadapkan pada tantangan baru terkait Keamanan Teknologi.

Mantan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang juga merupakan tokoh kunci dalam Industri Keuangan Indonesia, mengeluarkan peringatan tegas terkait risiko serangan siber yang dapat membayangi kelangsungan sektor keuangan.

Mantan BOS OJK Ingatkan Serangan Siber Jadi Tantangan Industri Keuangan

Industri Keuangan
Industri Keuangan

Pada kuartal pertama tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,03 persen, menunjukkan peningkatan ringan dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 5,01 persen. Menurut seorang mantan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pencapaian ini adalah hasil dari usaha kolektif dari berbagai pihak.

Terutama, Indonesia telah mampu mengatasi ketakutan pada masa pandemi berkat kerja keras serta kolaborasi yang luar biasa dari semua pemangku kepentingan, termasuk pelaku usaha dan para entreprenur. Kesuksesan ini membuktikan kemampuan luar biasa dalam mengatasi krisis pandemi.

Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Serangan Siber

Mantan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan tegas menggarisbawahi pentingnya memberikan perhatian serius terhadap dimensi keamanan siber yang melibatkan seluruh strata industri keuangan. Ia menyoroti perlunya menerapkan protokol keamanan yang ketat sebagai landasan bagi kelangsungan operasional yang aman dan terlindungi dari ancaman siber yang semakin maju.

Dalam upaya untuk menjaga kewaspadaan yang tepat terhadap ancaman ini, mantan Bos OJK menekankan pentingnya memberikan pelatihan khusus kepada para tenaga kerja yang berhubungan dengan keamanan siber. Ini bukan hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga pemahaman mendalam tentang berbagai jenis serangan siber dan strategi untuk menghadapinya.

Selain itu, investasi dalam teknologi dan infrastruktur keamanan menjadi kunci dalam menjaga ketahanan terhadap serangan siber. Mantan Bos OJK menegaskan perlunya peningkatan dalam alokasi sumber daya untuk mengembangkan sistem keamanan yang kuat dan adaptif.

Dalam pidatonya, mantan Bos OJK mendorong dengan tegas kolaborasi aktif di antara semua stakeholder yang terlibat dalam industri keuangan. Ia melihat kolaborasi ini sebagai solusi efektif dalam menghadapi ancaman serangan siber yang semakin rumit dan meresahkan.

Kolaborasi lintas lembaga keuangan, pemerintahdan regulator dapat menciptakan saluran terbuka untuk berbagi informasi terbaru tentang tren serangan, metode pencegahan yang berhasildan pengalaman dalam mengatasi situasi darurat.

Langkah ini diyakini akan membawa manfaat ganda: pertama, dalam membangun kerangka kerja yang holistik dan komprehensif untuk melawan ancaman siber; dan kedua, dalam membangun jaringan dukungan yang kuat dan solid antara berbagai entitas terkait. Semua ini akan memungkinkan industri keuangan untuk lebih responsif, adaptifdan tanggap terhadap ancaman serangan siber.

Hal Penting yang Perlu Anda Ketahui

Mengingat peringatan serius yang disampaikan oleh mantan Bos OJK mengenai ancaman serangan siber terhadap Industri Keuangan, saat ini adalah momen krusial bagi semua pemangku kepentingan untuk bersatu dalam menghadapi tantangan ini. Perubahan teknologi yang begitu cepat memang membuka peluang baru, tetapi juga membawa risiko yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai negara yang terus bergerak menuju transformasi digital yang lebih dalam, Indonesia perlu menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama. Pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan teknologi dan masyarakat umum semuanya memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem keuangan yang aman dan tahan terhadap serangan siber. Penyataan іnі tеlаh dі lаnѕіr dаrі C-Es Nеwѕ.

You May Also Like

More From Author