Inilah Pengaruh Sosial dan Budaya atas Keberadaan Barbie di Indonesia

3 min read

Keberadaan Barbie berdampak pada aspek sosial dan sosial masyarakat Indonesia. Barbie benar-benar luar biasa dari dulu hingga sekarang. Penampilan Barbie tidak hanya dalam bentuk boneka fisik, tetapi juga dalam serial animasi YouTube atau streaming film di banyak platform global.

Barbie adalah merek boneka fesyen yang diperkenalkan oleh perusahaan mainan Mattel pada tahun 1959. Boneka ini bercirikan tubuh langsing, kaki panjang, rambut panjang, dan gaya hidup mewah. Barbie telah menjadi ikon budaya pop selama beberapa dekade.

Barbie memiliki banyak tipe tubuh, warna kulit, dan gaya rambut yang berbeda, seperti Barbie hitam, Barbie putih, Barbie berambut lurus, dan Barbie berambut keriting.

Kehadiran Berbie yang telah menjadi idola baik anak-anak maupun orang dewasa, tidak hanya memberikan dampak yang menghibur, Barbie juga memberikan dampak pada sosial budaya masyarakat masing-masing negara.

Dalam sekuelnya, Popmama.com kembali membahas pengaruh sosiokultural keberadaan Barbie di beberapa titik.

Pemodelan Terhadap Citra Tubuh dari Keberadaan Barbie

Barbie sering dikritik karena memiliki tubuh yang tidak realistis, sangat kurus, tinggi, dan memiliki proporsi tubuh yang tidak wajar. Ini mempengaruhi persepsi tubuh pada anak-anak dan wanita dewasa.

Boneka Barbie dengan tubuh yang tidak proporsional telah menjadi bahan perdebatan atas pengaruhnya terhadap persepsi anak-anak dan remaja tentang standar kecantikan dan citra tubuh yang tidak sehat.

Buktinya, Barbie mempengaruhi seorang Ukraina bernama Valeria Luyanova, yang menjalani operasi plastik untuk menciptakan rambut pirang, pinggang ramping, kulit halus, dan wajah yang proporsional.

Penampilannya yang berubah-ubah membuat Valeria Luyanova sering disebut sebagai “The Barbie Man” karena fitur wajah dan tubuhnya yang mirip.

Keberadaan Barbie Pengaruh gaya hidup konsumtif

Barbie dikenal sebagai wanita yang glamor dan konsumtif karena banyaknya aksesoris yang dia miliki dan gunakan, seperti sepatu, pakaian mewah, tas, kalung, mahkota, anting-anting, topi, dan kacamata. Anak-anak yang bermain Barbie atau menonton film kartun akan terpapar nilai materi atau cenderung berbelanja. Hal ini dapat mempengaruhi anak-anak di masa depan.

Peran gender

Barbie sering digambarkan sebagai desainer, perawat, balerina, dokter, pramugari, perawat, pengusaha, dan banyak lagi. Keberadaan Barbie dapat memberi anak gambaran tentang peran atau karir yang mungkin mereka kejar di masa depan.

Pembentukan identitas

Barbie memiliki banyak karakter dan latar belakang budaya yang berbeda. Ini dapat membantu anak-anak menemukan dan memahami identitas sosial dan budaya dalam masyarakat.

Barbie juga dapat mempengaruhi pandangan anak terhadap nilai-nilai sosial di masyarakat, apa yang dianggap “normal” atau “ideal” di masyarakat.

Globalisasi budaya

Keberadaan Barbie telah menjadi produk yang sangat populer di seluruh dunia dan menjadi bagian dari budaya populer di banyak negara. Hal itu bisa berdampak pada anak-anak yang menontonnya.

Anak-anak dari berbagai negara dapat diekspos, diterima, dan berinteraksi dengan gambar dan nilai Barbie. Demikian ulasan tentang berbagai pengaruh yang muncul di masyarakat setelah adanya Barbie.

Penting untuk mengiringi permainan atau kartun anak, agar nilai-nilai baik yang terkandung dapat diterapkan dan nilai-nilai yang tidak pantas dapat dibuang atas keberadaan Barbie. 

You May Also Like

More From Author